Minggu, 27 Juli 2014

Munafik

Sakit gigi, sakit perut, sakit kepala dan sejenisnya sangat mudah dideteksi.
Namun ada penyakit yang sulit dideteksi,

salah satunya adalah munafik.

Di zaman Rasulullah SAW,
orang munafik sholat bersama rasul,
mereka juga ikut berjihad bersama rasul.
Mereka terlihat orang baik dan hebat tetapi sesungguhnya pikiran dan hatinya jahat.




Celakanya, ada orang yang merasa berbuat banyak kebaikan padahal ia munafik.
Hal ini dijelaskan di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah 11-12:


"Dan bila dikatakan kepada mereka, Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab, Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (11)
” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (12)

Ngeri juga bila kita munafik tetapi tiada sadar.
Padahal, kita seharusnya sangat takut menjadi orang yang munafik.
Sebab, di akhirat kelak, tempat orang munafik adalah di tempat yang paling rendah.
Lebih rendah dari orang ingkar kepada-Nya sekalipun.
Hal tersebut dijelaskan di dalam Al Qur’an surat An-nisaa [145]:
       
 (145) إِنَّ الْمُنَا فِقِينَ فِي الدَّرْكِ لْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.”


Orang munafik itu bermuka dua.
Orang munafik itu tidak memiliki keselarasan anatara ucapan dan tindakan.
Mereka banyak berbicara dan membual tetapi miskin karya nyata dan amal kebaikan.

Ciri munafik itu banyak, salah satu yang populer sabda Rasulullah SAW berikut,

“Ada empat dosa sifat yang jika seseorang memperlihatkan semua cirinya, dia sepenuhnya orang munafik. Jika dia punya salah satu ciri, dia dianggap memiliki unsur-unsur seorang munafik. Ciri-ciri itu adalah berkhianat, berdusta, ingkar janji, dan memaki lawan jika ada perbedaan pendapat.

(HR Bukhari)


Sungguh rugi bila kita tampak menjadi orang baik padahal munafik.
Sungguh hina bila kita merasa terhormat padahal hakikatnya kita bejat.
Sungguh, saya sangat takut punya penyakit ini.
Penyakit yang agak sulit dikenali dan penyakit yang jarang kita sadari.
Ya Allah, jauhkan kami dari penyakit munafik.


Minggu, 06 Juli 2014

Pencitraan

   
     Dari Abu Hurairah diriwayatkan, Suatu hari Muawiyah bin Abu sofyan menangis dengan tangisan yang cukup keras sehingga orang yang ada di sekitarnya menyangka bahwa dia akan meninggal gara-gara tangisan itu.
Selidik punya selidik, ternyata tangis Muawiyah bersumber akan rasa khawatirnya setelah mendengar sebuah hadist yang disampaikan Rasulullah SAW di depan sahabat- sahabatnya.
             



                Hadist itu diutarakan karena banyaknya Pencitraan yang dilakukan oleh beberapa orang dengan tujuan jangka pendek. Mereka mengejar pujian dan kekaguman manusia. Mengharapkan decak dan sanjungan dari bibir sesamanya.
             
                Rasulullah bersabda, “ Orang yang pertama kali akan diadili pada hari kiamat adalah seorang yang dianggap syahid (oleh orang banyak). Kemudian dia didatangkan dan diperlihatkan nikmat yang allah berikan padanya. Dan, diapun mengenalinya. Maka, ditanyakan kepadanya apa yang kau lakukan dengan nikmat-nikmat itu ? ”

                Orang itu menjawab, “ Aku berperang di jalan-Mu, hingga aku mati syahid. ”
                Allah berfirman, “ Kau dusta. Kau melakukan itu semua agar orang berkata bahwa engkau adalah seorang pemberani. Dan, itu telah dikatakan oleh mereka. “ Maka orang itu pun lalu diseret dengan wajah tersungkur, lalu dilemparkan kedalam api neraka.

                Hal yang sama allah tanyakan pada orang yang belajar ilmu dan mengajarkannya, kemudian dia membaca Alquran. Mereka menjawab bahwa itu dilakukan karna allah. Namun Allah menegaskan, “ Kau Dusta, itu semua kau lakukan agar dirimu dikatakan seorang yang alim dan kau disebut-sebut sebagai seorang qari’ , dan itu telah dikatakan kepadamu. “ maka, dia pun diseret dan dimasukkan ke dalam neraka. “

                Yang ketiga adalah seorang yang berlimpah harta benda. Dan Allah menanyakan hal yang sama padanya. Dan dia pun memberikan jawaban bahwa tak ada satu jalan pun yang kau sukai untuk berinfaq didalamnya, kecuali aku berinfaq karena Engkau. “ Allah menyergah jawaban dustanya dengan mengatakan bahwa dia dusta. “ Kau lakukan itu semua agar orang-orang mengatakan bahwa engkau adalah seorang dermawan dan seorang pemurah. Dan, itu semua telah mereka katakan! Maka dia pun diseret dan dimasukkan kedalam neraka. “ (HR muslim).

                Banyak diantara kita Politisi, Budayawan, Intelektual, Seniman, Guru, Pegawai, Reporter, Artis, Legislatif, Eksekutif, Yudikatif, hingga Pendakwah bahkan Ulama pun seringkali hanya mengejar pujian manusia agar disebut pintar, peduli, empati pada orang lain, gagah membela kebenaran dan lainnya. Tujuan jangka pendek yang semu.

                Hal itu justru menumpulkan ketajaman mata batin kita untuk bisa berbuat semata karna Allah. Topeng Kita sebagai Pendakwah, Ulama, politisi, pejabat, orang kaya hanya menjadi tabir penghalang nurani sehingga kita tak berhasil menyingkap tabir bahwa amal-amal kita telah menjadi sia-sia atau hampa dan tanpa makna. Kita beramal berharap pamrih dan tanpa keikhlasan. Akibatnya, kita hanya sibuk Mengejar pencitraan di mata manusia, tapi melupakan keridhaan Allah.

                Karena itu, tak heran apabila Abu hurairah, Sahabat besar itu tersungkur sebelum meriwayatkan hadist penuh hikmah dan syarat makna ini. Semoga kita menjadi Pemburu citra baik di mata Allah SWT.